Iklan

Dirundung Rasa Kangen Merindukan Anak yang Menjadi TKW

Jumat, 04 Agustus 2017, Agustus 04, 2017 WIB Last Updated 2017-08-05T04:21:00Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
Berita Viral Populer | MADIUN - Enam tahun sudah Sutarti memendam kerinduan. Perasaan yang lazim dialami orang renta dikala berpisah dengan buah hatinya. Terlebih , Sutarti putus komunikasi dengan Atika Yanuarini , sang anak , yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Demi mengobati rasa rindu , sang ibu hanya bisa memandang foto buram putrinya.

CHOIRUN NAFIA , Madiun

PEREMPUAN berbaju putih dengan setelan celana hijau itu tak kuasa membendung air mata. Sesekali tangan kirinya menyeka air mata dikala berbincang dengan pegawai Pemkab Madiun yang menemuinya di Balai Desa Banaran , Kecamatan Geger , Kabupaten Madiun.

Dengan terduduk lemas , Sutarti menceritakan anak pertamanya yang bekerja di Hongkong. ‘’Sudah enam tahun tidak ada kabar sama sekali ,’’ katanya.

Atika Yanuarini berangkat ke negara berjuluk Pearl of Orient itu pada 2011 silam. Perempuan 33 tahun itu hanya sekali menelepon Sutarti semasa bekerja di Hongkong. Tepatnya setelah dua bulan menjadi pembantu rumah tangga (PRT).

Saat itu , Tika -sapaan akrabnya- memberitahu sang ibu bila beliau bertemu salah seorang tetangganya yang kebetulan sama-sama mengadu nasib di Hongkong.

‘’Saya senang. Di negara orang masih bisa bertemu tetangga ,’’ gue perempuan 52 tahun tersebut.

Sayang , selepas percakapan itu , Tika kolam hilang ditelan bumi. Dia tak pernah lagi menelepon. Bahkan , nomornya sudah tidak aktif. Sutarti pun kebingungan setengah mati.

Rasa khawatir terus menghantui siang malam. Sutarti kerap meminta derma saudaranya untuk mencari tahu eksistensi Tika. Tak terkecuali Suci , salah satu keponakannya , yang kebetulan juga berada di Hongkong.

‘’Alamat yang dulu diberikan ternyata tidak jelas. Tidak ketemu ,’’ ungkap warga RT 7 , RW 1 , Desa Banaran , Kecamatan Geger , Kabupaten Madiun , itu.

Keluarga berusaha mengumpulkan informasi dari teman-teman sekolah Tika. Barangkali menerima kejelasan. Juga mengorek kabar dari warga sekampung yang sama-sama berangkat ke Hongkong.

Namun , semuanya menawarkan tanggapan yang sama , tidak pernah melihat Tika. Akun media umum (medsos)-nya pun dinonaktifkan. Kabar TKI yang mengalami kekerasan majikan sempat menghantui sang ibu.

‘’Pernah lihat di televisi. Jika tidak ada kabar mungkin terjadi sesuatu di sana ,’’ takut sang ibu.

Namun , pikiran itu dibuang jauh-jauh oleh Sutarti. Sebab , dikala terakhir kali memberi kabar , Tika mengaku betah tinggal di sana alasannya yaitu mendapat majikan yang baik hati.

Tinggal di negeri orang memang butuh adaptasi. Apalagi , iklim , budaya , dan bahasanya jauh berbeda.

‘’Setiap hari hanya bisa berdoa. Semoga anak saya tidak kenapa-kenapa ,’’ harapnya.

Tiga tahun silam Sutarti sempat mendatangi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang memberangkatkan Tika. Namun , PT Putra Bragas Mandiri yang memberangkatkan Tika tidak tahu-menahu dengan eksistensi terkini Tika.

Sebab , kontrak Tika sudah berakhir satu tahun sebelumnya sehingga tidak lagi menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut.

‘’Orang yang dulu membawa Tika ke PT ternyata sudah tidak bekerja di sana. Nomornya juga sudah tidak aktif ,’’ terangnya.

Mendapati jalan buntu , Sutarti mengaku sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Tiba-tiba , keponakannya Suci mendapati foto Tika di akun Line miliknya beberapa bulan terakhir.

Namun , penampilannya jauh berbeda. Postur Tika terlihat lebih subur dengan rambut panjang berwarna pirang. ‘’Dulu waktu berangkat badannya masih kurus tinggi ,’’ kenangnya.

Tak yakin , Suci lantas mengirimkan foto yang seakan-akan Tika itu kepada keluarga di kampung halaman. Sutarti pun membenarkan bila foto di akun Line itu yaitu putrinya.

Namun , ketika saudara-saudaranya berusaha mengirimkan komentar di status dan foto yang di-posting-nya , tiba-tiba saja diblokir. Alhasil , mereka tidak bisa mengetahui kondisi Tika sebenarnya.

‘’Saya juga resah kenapa ,’’ ungkapnya.

Sejatinya , Tika bukan kali pertama mengadu nasib ke luar negeri. Sekitar 2008 silam , beliau pernah bekerja di Singapura. Juga sebagai PRT. Setelah kontrak kerjanya selesai , Tika kembali ke kampung halaman.

Hanya dalam hitungan bulan , Tika mengutarakan niatnya untuk kembali berangkat ke luar negeri. Kali ini negara yang dituju yaitu Hongkong.

‘’Karena banyak keluarga dan sahabat yang ada di sana ,’’ jelasnya.

Sutarti memang tidak pernah melarang putrinya bekerja di luar negeri. Sebagai buruh tani , Sutarti memang tak bisa menuruti semua harapan putrinya. Terlebih , dengan perkembangan zaman , semuanya sudah serbacanggih.

Handphone yang notabenenya yaitu barang mewah , Sutarti tidak bisa membelikan. Sehingga beliau pun mengiyakan ketika Tika ingin bekerja di luar negeri.

‘’Pulanglah Nak , Ibu sudah kangen ,’’ harapnya.

Salah seorang saudaranya yang berhasil bekerja di Hongkong merekomendasikan Tika untuk berangkat dari PT Putra Bragas Mandiri. Perusahaan itu berada di Kota Salatiga , Jawa Tengah.

Salah seorang pegawai perusahaan bahkan datang eksklusif ke rumah. Tika juga dijemputnya. Enam bulan Tika berada di penampungan TKI sebelum berangkat ke Hongkong.

‘’Saat di penampungan sering telepon. Bilang kangen ,’’ kenangnya.

Kini Sutarti hanya tinggal berdua dengan adiknya Supriyanto. Anak keduanya Anggoro Tri Widianto sudah bekerja dan tinggal di Kabupaten Magetan. Rasa kesepian kerap menghampirinya.

Sutarti hanya bisa menatap foto Tika selepas pulang dari Singapura. Foto dengan rambut pendek itu kerap dipeluknya sampai tertidur.

‘’Sering lihat handphone , barangkali beliau telepon. Tapi tetap tidak ada. Padahal saya tidak pernah ganti nomor ,’’ terangnya.

Sutarti begitu berharap Tika dapat memberi kabar. Bagaimana kabar terkini , apa yang dilakukan di sana , dan masih banyak pertanyaan yang ingin beliau ketahui.

Syukur-syukur , putrinya itu bisa segera pulang. Dia tidak mempermasalahkan bila putrinya pulang tidak membawa uang. Baginya , Tika lebih berharga dari harta. ***

Sumber : jawapos.com
Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+